
Mataharian.com, Kepulauan Meranti |Proyek pembangunan Jembatan Perawang, yang menghubungkan Desa Selat Akar dan Desa Bandul di Kecamatan Tasik Putri Puyu, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, kembali menuai kekecewaan masyarakat. Jembatan yang menjadi harapan besar warga sebagai akses utama aktivitas ekonomi kini mangkrak, ditinggalkan kontraktor tanpa kejelasan lebih lanjut.
Jembatan yang sebelumnya sempat roboh dan tengah dalam proses perbaikan ini diharapkan dapat meningkatkan konektivitas dan memudahkan mobilitas masyarakat. Namun, dalam satu bulan terakhir, proyek tersebut berhenti total tanpa informasi mengenai kelanjutannya. Para pekerja telah meninggalkan lokasi, meninggalkan pembangunan yang belum selesai.
Sekretaris Bidang Media Dan Komunikasi DPD IMM Riau, Muhammad Irfan Khusairi, menyampaikan kekecewaannya atas kondisi tersebut. “Proyek Jembatan Perawang ini senilai Rp36,7 miliar yang dibiayai dari APBD murni tahun 2024 Provinsi Riau sekarang mangkrak. Seharusnya ada tindak lanjut dari dinas terkait untuk mengawal jalannya proyek ini,” tegas Irfan.
Ia juga menyoroti dampak besar yang akan dirasakan masyarakat jika jembatan ini tidak terselesaikan. “Jika jembatan ini mangkrak, aktivitas sehari-hari masyarakat akan terhambat. Mereka harus kembali menggunakan kapal untuk menyeberangi sungai, yang tentunya menambah biaya operasional,” ujarnya.
Lebih lanjut, Irfan mendesak Dinas PUPR-PKPP Provinsi Riau untuk segera mengambil tindakan tegas. “Jangan sampai jembatan yang diidam-idamkan warga ini gagal dan menjadi barang temuan. Saya meminta Dinas PUPR-PKPP Provinsi Riau segera menindaklanjuti proyek ini. Jangan hanya diam seolah tidak ada masalah,” tutupnya.
Harapan besar masyarakat Kecamatan Tasik Putri Puyu kini bergantung pada upaya serius dari pihak terkait untuk melanjutkan dan menyelesaikan pembangunan jembatan tersebut.
