

Tanjung Jabung Timur, Mataharian.com – Potensi abrasi ekstrem di kawasan Kuala Simbur, Kecamatan Muara Sabak Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, kini semakin mengkhawatirkan. Gelombang pasang laut yang tinggi telah menyebabkan pergerakan garis pantai yang menggerus daratan hingga mencapai 500 meter ke dalam wilayah permukiman. Kejadian ini mengancam keberlangsungan hidup warga yang tinggal di sepanjang pantai.
Ari Suryanto, penggiat lingkungan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, menilai permasalahan abrasi ini harus segera ditangani dengan serius. “Potensi bencana akibat gelombang pasang laut ekstrem yang menyebabkan abrasi sangat memprihatinkan. Pemerintah Daerah seharusnya sudah memiliki database wilayah rawan abrasi dan segera mengambil langkah-langkah konkret untuk mencegah dampak yang lebih besar,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Suryanto juga menekankan pentingnya peran Litbangda dan BPBD dalam melakukan kajian mendalam terkait penyebab dan upaya penanggulangan abrasi yang sudah semakin parah ini. “Ini menjadi pekerjaan rumah bagi Bupati terpilih agar dapat mencari solusi nyata, bukan hanya sekadar memberikan bantuan sementara yang tidak menyelesaikan masalah utama,” tambahnya.
Pada 16 Februari 2025, hasil pantauan di lokasi menunjukkan bahwa abrasi telah merusak lahan yang sebelumnya memiliki Sertifikat Hak Milik (SHM) dan kini telah tenggelam. Puluhan kepala keluarga (KK) yang terdampak terpaksa mengungsi ke perumahan nelayan yang merupakan program bantuan pemerintah pusat.
Masyarakat setempat pun mengungkapkan kekhawatirannya akan terus berlanjutnya abrasi. “Kami berharap tidak hanya bantuan darurat, tetapi juga solusi jangka panjang untuk menghentikan abrasi yang semakin mengancam kami. Jika masalah ini tidak segera ditangani, lebih banyak warga yang akan kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian mereka,” ungkap Suryanto.
