

Banggai Laut, 18 Maret 2025 – Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Seorang warga Desa Kaukes, Kecamatan Bokan, Kabupaten Banggai Laut, terungkap dugaan keterlibatan oknum bintara pembina desa (Babinsa) dalam praktik penyeludupan dan penimbunan bahan bakar minyak (BBM) subsidi yang dilakukan oleh warga setempat, dengan inisial SP. Hal tersebut berpotensi memperburuk kelangkaan BBM di wilayah tersebut, yang sudah dirasakan oleh masyarakat selama beberapa tahun terakhir.
SP, seorang warga Desa Kaukes, diduga melakukan penimbunan BBM bersubsidi dengan jumlah mencapai 3 hingga 4 ton per minggu. Minyak tersebut disimpan di rumahnya dan dijual secara eceran dengan harga Rp. 15.000 per liter, yang jauh lebih tinggi dibandingkan harga asli BBM bersubsidi yang hanya Rp. 10.000 per liter. Tidak hanya dijual di Desa Kaukes, SP juga diduga memasok BBM ke pengecer di Kecamatan Lede, Kabupaten Pulau Taliabu, Maluku Utara. Informasi yang diperoleh juga mengungkapkan bahwa modal usaha SP bersumber dari penjualan minuman keras jenis Captikus.
Dalam dugaan penyeludupan dan penimbunan BBM tersebut, diketahui bahwa oknum Babinsa dengan Inisial AW turut terlibat. AW dikabarkan ikut mengawal proses distribusi minyak dari pelabuhan yang terletak di Desa Kaukes, hingga sampai ke pengecer di Kecamatan Lede. Menurut informasi, AW menerima jatah sebesar 1 ton dari SP setiap kali pengiriman minyak. BBM subsidi yang datang dari Luwuk menggunakan kapal ferry tersebut biasanya berjumlah 20 ton dan dikirimkan sekali dalam seminggu.
Praktik penyeludupan dan penimbunan ini diduga sudah berlangsung selama dua tahun. Masyarakat sekitar merasa khawatir akan adanya keterlibatan Kepala Desa Kaukes, yang tidak merespons keluhan warga mengenai kelangkaan BBM. Banyak warga merasa tidak berdaya untuk melawan karena adanya rasa takut. Selain itu, aparat keamanan setempat juga belum mengambil tindakan karena belum ada bukti yang cukup kuat terkait keterlibatan oknum-oknum tersebut.
Kelangkaan BBM di Kecamatan Bokan sudah semakin terasa. Di wilayah ini, hanya terdapat satu SPBU yang terletak di Desa Kaukes, sementara ada 16 desa yang tersebar di Kecamatan Bokan, dengan delapan di antaranya terletak di luar Pulau Bokan. Banyak warga yang mengeluh karena BBM bersubsidi sering habis dalam waktu hanya tiga hari setelah pengiriman, memaksa mereka untuk membeli BBM dengan harga lebih mahal dari pengecer. Selain itu, harga BBM di SPBU juga tidak merata, dengan pembelian dalam jumlah kecil (5-10 liter) dijual seharga Rp. 10.000 per liter, sementara pembelian dalam jumlah besar (50-100 liter) dihargai Rp. 11.000 per liter, yang kemudian dimanfaatkan oleh pengecer untuk mendapatkan jatah.
